iklan

iklan murah

Kamis, 07 Juni 2012

Aktor multi itu mahasiswa


Banyak gelar yang disandangkan kepada orang yang berstatus mahasiswa. Gelar-gelar yang disandang pun beragam nan prestisius, seperti aktor perubahan, aktor penggerak, aktor pengontrol, aktor transformasi, dan aktor intelektual. Semoga predikat-predikat sosial itu tak lantas menjadikan mahasiswa berbesar kepala serta tersungging diam berbangga-bangga, karena sejatinya predikat tersebut menyiratkan tanggung jawab besar serta beban moral di pundak mereka yang mengaku sebagai mahasiswa.
Bolehlah sedikit berbangga diri sebagai mahasiswa dengan catatan telah melakukan berbagai kegiatan perubahan dan terus berupaya agar perubahan terwujud sempurna. Maksudnya adalah agenda perubahan sosial, bukan perubahan diri pribadi demi eksistensi diri sendiri, sebab predikat-predikat itu bukan untuk dikonsumsi sendiri, tapi untuk kepentingan perubahan orang banyak atau masyarakat luas di segala bidang kehidupan.
Sebaliknya, jika ada segolongan orang yang mengaku sebagai mahasiswa tetapi lebih memilih berdiam diri dan tidak peduli dengan nasib selain dirinya, maka jangan pernah menganggap diri sebagai mahasiswa yang ideal, yang selama ini masyarakat harapkan. Berdiam diri tanpa bergerak berarti sengaja membiarkan masalah yang terbentang di hadapan kita bersama yang semakin menumpuk serta membusuk. Itu perilaku yang mengingkari status kemahasisiswaan sebagai mahasiswa yang memikul tanggung jawab besar karena mereka juga merupakan generasi penerus estafet perjuangan bangsa ini. Kalau buka mereka siapa lagi?
Negara kita adalah negara yang di dalamnya terkumpul tumpukan masalah. Bukan negaranya yang bermasalah, tapi para pemimpinnya yang gemar membuat masalah sehingga masalah datang silih berganti dan semaunya sendiri karena masalah itu dibuat secara sengaja dan telah menjadi tradisi. Ya, tradisi busuk para pejabat negara untuk dua tujuan primordial mereka, yakni kekayaan dan eksistensi. Rakyat soal nanti, kesejahteraan pribadi dan golongan adalah nomor satu, bahkan di atas segalanya. Itulah induk dari segala macam persoalan-persoalan negeri yang belum seratus persen merdeka ini.
Sulit dalam pejam mata kita membayangkan jika negara terus-terusan dirundung masalah-masalah besar. Alih-alih maju dan sejahtera, berjalan di tempat pun kita masih serasa enggan, bahkan di seluruh lini kehidupan, ekonomi, budaya, sosial, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Fondasi-fondasi dasar bernegara kita telah rapuh sedemikian rupa, dan tanpa belas kasihan negara lain menjajah kembali ke segala lini kehidupan itu karena celahnya masih begitu terbuka, bahkan sengaja dibuka.
Tugas riil mahasiswa terhadap segala hal itu tidak lagi hanya berkutat pada tahap identifikasi, karena semua orang pasti telah tahu di mana letak persoalan bangsa kita saat ini. Adalah bergerak menjadi tuntutan utama terhadap mahasiswa. Ya, bergerak ke depan sembari menawarkan solusi yang cerdas, bukan sporadis dan aksidental belaka. Bukan pula asal bunyi. Dan sebagai kaum intelektual muda sudah barang tentu beribu-ribu gagasan cerah nan cerdas ada di dalam tabung kepala alias otak. Gagasan cerdas yang lahir dari rahim proses pembelajaran, pengalaman serta pengabdian serta proses-proses lain yang sengaja dibuat untuk menanamkan kesadaran kritis dan melek realitas kepada mahasiswa. Berangkat dari proses itulah maka tercipta suatu agenda perubahan yang diejawantahkan ke dalam suatu gerakan riil dan nyata, bukan lagi hanya sekadar wacana-wacana yang tidak diketahui ke mana muaranya. Perang wacana itu perlu, tapi bergerak setelah memperoleh wacana itu lebih diperlukan. Karena suatu permasalahan adalah berupa aksi, jadi harus dihadapi dengan aksi nyata.
            Lepas dari pembahasan itu, agenda perubahan memang sangat banyak, bahkan jari tak cukup jika dijadikan sebagai alat penghitung. Banyaknya persoalan itu bukan hanya karena kekeliruan yang disengaja, tapi karena bidang kehidupan juga banyak, sehingga aktor semakin banyak, dan potensi masalah pun tambah banyak. Dan hampir di seluruh bidang kehidupan hidup di dalamnya berbagai permasalahan.
            Nah, di sini, mahasiswa dituntut untuk mengetahui segala permasalahan di seluruh lini kehidupan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik. Berangkat dari tuntutan itu, maka muncul wacana gerakan multidisipilner agar segala lini terjamah. Gerakan multidisipliner, istilah ini tampak lebih akademis daripada istilah gerakan multidimensi sebagai istilah gerakan mahasiswa yang harus memanfaatkan segala media untuk menciptakan suatu perubahan yang sesungguhnya agar kemerdekaan kita terwujud seratus persen. Begitulah… 

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators