Simbol
mahasiswa ideal adalah “IP 3,” dan aksi, dimana istilah “IP 3,” ini adalah
bukti profesionalitas mahasiswa tersebut di bidangnya (jurusan), dia siap
terjun ke lapangan dengan keahlian yang mahasiswa dapatkan dengan bukti “IP 3,” dan ini harus benar-benar terbukti di
lapangan, artinya bahwa mahasiswa tidak hanya mendapatkan nilai baik (IP 3,) akan juga
mempertanggungjawabkan atas nilai yang di perolehnya dengan profesionalitasnya.
Serta
dengan simbol “aksi” adalah bahwa mahasiswa harus mempunyai kesadaran sosial
yang menimbulkan rasa peduli terhadap realita yang terjadi. Sebagai bagian
kecil dari masyarakat yang mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan
lebih, yang tidak semua orang memiliki kesempatan tersebut dan di golongkan
dalam kelas kaum intelektual, maka
hal ini secara tidak langsung mewajibkan mahasiswa untuk menjadi penyambung
lidah masyarakat didalam menyampaikan suara-suara masyarakat kepada pihak-pihak
yang cenderung melecehkan kaum bawah atau bukan kaum intelek. Mendampingi
masyarakat dalam menghadapi isu-isu atau konflik yang muncul sudah tidak patut
di pertanyakan lagi itu tugas siapa, karena sudah barang tentu mahasiswalah
yang memang harus memikul tugas tesebut, dan masih banyak lagi tugas mahasiswa
yang kesemuanya membutuhkan kesadaran sosial yang tinggi.
Selanjutnya, Aksi adalah
pengejawantahan dari kesadaran sosial yang muncul dari seorang mahasiswa. Aksi
disini sangat luas bentuknya, tidak hanya demonstrasi turun jalan membela
hak-hak masyarakat, akan tetapi mencoba memulai memberikan fungsinya di sektor
riil, contohnya adalah mahasiswa mampu menjelaskan realita apa yang sebenarnya terjadi pada hari ini. Hal ini
tidaklah semudah membalikkan tangan karena sebelum menjelaskan mahasiswa harus
terlebih dahulu memahami apa yang terjadi sebelum orang biasa memahaminya
dengan cara mengikuti kajian, update berita, diskusi, mencari data dan lain
sebagainya. Kesulitan akan lebih saat dia mencoba menjelaskan apa yang dia
pahami kepada orang lain.
Mahasiswa
ideallah yang mampu tidak ikut arus hedonisme (mementingkan kesenangan),
apatisme (acuh tak acuh) karena mereka membentengi diri dengan pengetahuan dan
akal sehat serta berani melawan arus globalisasi karena mereka mempunyai
organisasi atau komunitas yang membentengi mereka dari hal-hal buruk seperti layaknya
pemuda sekarang yang tak mempunyai jati diri, hanya ikut arus yang mereka
sendiri tidak tahu darimana arus tersebut dan apa akibat yang di timbulkan dari
arus tersebut, yaitu pembodohan generasi bangsa.
Kesempatan untuk menjadi mahasiswa ideal sangat
besar di miliki oleh aktifis, baik aktifis yang ada di organ apapun itu, baik
organ ekstra maupun intra atau UKM. Karena mereka telah mempunyai ruang dan
komunitas untuk aksinya.
0 komentar:
Posting Komentar