iklan

iklan murah

Kamis, 07 Juni 2012

Inggit Garnasih,Aku Antar Ke Gerbang



Bung Karno dan H. Agus salim, mereka berpolemik panjang lebar soal poligami.Bung karno tidak setuju karena di anggap poligami adalah perendahan harkat dan martabat kaum perempuan. Sebaliknya Agus Salim setuju karena pengertian beliau yang mendalam. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu. Bung karno beristri sembelan dan Agus Salim masih beristri satu.
Keteguhan hatinya yang berjuang dalam kemerdekaan, meski tidak tercatat dalam deretan nama-nama pahlawan, sesungguhnya dialah yng berperan hebat dalam kemerdekaan Indonesia. Inggit garnasih, sosok perempuan tangguh dan pantang menyerah. Ibarat kata perempuan perkasa dan berjiwa baja. Layaknya Khadijah di hati Muhammad, Kasturbay untuk mahatma ghandi atau Dedes pada Arok.
Dialah yang rela mati-matian menghidupi soekarno, berjualan bedak,meramu jamu dan menjahit kutang. Dari mencari nafkah seperti itulah dia membiayai sekolah soekarno, membiayai rapat-rapat bersama teman sepergerakannya, merelakan rumahnya untuk menciptakan kemerdekaan.
Duda dari Otari Tjokroaminoto inilah yang menambatkan cinta di hati inggit, jana sanusi yang terpikat pula oleh sinyal-sinyal cinta yang di tebar soekarno di jalan tjiateul, bandung. Dari sinilah membawa inggit ke babak pengorbanan yang luar biasa.
Tepatnya pada putaran tanggal 29 Desember 1029 Soekarno dan teman-temannya di jebloskan dalam penjara atas tuduhan dari pemerintah belanda atas isu Soekarno yang membawa panji kemerdekaan. Soekarno yang tak pernah merasakan dinginnya tembok penjara dan jauh dari belaian kasih sayang seorang inggit membuatnya menjadi rapuh dan kehilangan semangat. Namun inggit dengan telaten datang mengunjunginya tiap minggu. Membawakan makanan kesukaanya yang didalamnya di selipkan uang. Uang itu untuk membujuk penjaga agar dapat membelikan Koran dan agar membolehkannya  membaca buku-buku di perpustakaan. Dari kecerdikan ide inggitlah, Soekarno dapat menggunakan buku-buku yang ada di perpustakaan penjara dan kemudian menyalinnya dalam sebuah tulisan melegenda yang dia sampaikan di pengadilan 1930 “Indonesia menggugat”.
Ketika itu Soekarno sangat membutuhkan buku-buku dari Mr. Sartono. Dan untuk menyelundupkan buku tersebut ke penjara, inggit harus berpuasa selama tiga hari agar buku yang di taruh diperutnya di balik kain kebanyanya tidak mencurigkan. Untuk menjenguk Soekarno pun tidak mudah, harus menempuh jarak 20 Km dengan berjalan kaki dari rumah inggit sampai penjara sukamiskin.
1 Agustus 1933, tepat 2 tahun setelah Soekarno di bebaskan dari sukamiskin, dia kembali di tangkap dengan tuduhan subversif kepada pemerintah yang kemudian di asingkan ke pulau ende. Inggit yang tidak tega jauh dari Soekarno pun akhirnya ikut mendampingi masa-masa kelam di pulau itu. Di sana kembali inggit berjuang untuk menghidupi keluarga dari berjualan baju dan bercocok tanam.
 Tak lama di ende soekarno dan keluarga kembali di asingkan ke Bengkulu akibat malaria yang dideritanya. Di Anggut Ataslah Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis riang yang di kepang dua, manis rupawan.gadis teman bermain dan teman sekolah anaknya, omi. Mata Soekarno tak mampu berbohong, ada sinar yang menyala ketika tatapnya terarah pada sosok Fatma. Dari tatapan itulah yang membuat Soekarno berubah sikap terhadap Inggit dan anak-anaknya omi dan kartika. Inggit pun mulai gelisah dengan kehadiran Fatmawati di tengah keluarganya. Seakan ada bara yang di percikan di hatinya.
Malam yang kelam,Inggit memberanikan diri untuk bertanya perihal hubungan suaminya dengan fatma. Inggit menatap Soekarno dalam-dalam. Ada resah yang menyelimuti hatinya. Demikian pula Soekarno yang terlihat tegang. Perlahan Soekarno membuka pembicaraan.
“enggit”
“iya, apa?”
“enggit aku ingin punya anak” inggitpun diam dan mencoba menahan perasaan yang remuk redam. Tapi pelan inggit berkata.
“kan sudah punya omi dan kartika”
“aku ingin punya keturunan”
Inggit tak mampu berkata. Hanya air matanyalah yang dapat mewakili kegundahan dan hancurnya perasaannya. Inggit sadar bahwa dirinya mandul. Suaminya menginginkan sesuatu yang tidak mungkin ia berikan.
Soekarno tetap ingin menikahi Fatmawati dengan alasan ingin punya keturunan dari darah dagingnya sendiri. Meski inggit dengan tegas mengatakan tidak ingin di madu.  Perempuan mana yang ingin berbagi ruang dengan perempuan lain, akhirnya inggit memutuskan kembali ke bandung dan mengikhlaskan ‘ngkus’nya berada di pelukan perempuan yang sebenarnya sudah di anggap anaknya sendiri. Waktu berselang, Soekarno melenggang bergandeng Fatmawati menuju gedung istana sebagai presiden Republik Indonesia yang pertama.
Inggit yang mencinta karena cinta, tanpa pamrih tanpa motivasi. Demikianlah cinta inggit pada Soekarno. Cinta yang semata-mata karna cinta,tidak luka ketika di lukai dan tidak sakit ketika di sakiti tanpa pamri dan tampa motivasi.
Sama halnya madu, pahitnya maja pun adalah bagian darinya, adalah cinta pada hakikatnya.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators