Bung Karno dan H. Agus salim,
mereka berpolemik panjang lebar soal poligami.Bung karno tidak setuju karena di
anggap poligami adalah perendahan harkat dan martabat kaum perempuan.
Sebaliknya Agus Salim setuju karena pengertian beliau yang mendalam. Beberapa
tahun kemudian mereka bertemu. Bung karno beristri sembelan dan Agus Salim
masih beristri satu.
Keteguhan hatinya yang
berjuang dalam kemerdekaan, meski tidak tercatat dalam deretan nama-nama
pahlawan, sesungguhnya dialah yng berperan hebat dalam kemerdekaan Indonesia.
Inggit garnasih, sosok perempuan tangguh dan pantang menyerah. Ibarat kata
perempuan perkasa dan berjiwa baja. Layaknya Khadijah di hati Muhammad,
Kasturbay untuk mahatma ghandi atau Dedes pada Arok.
Dialah yang rela
mati-matian menghidupi soekarno, berjualan bedak,meramu jamu dan menjahit
kutang. Dari mencari nafkah seperti itulah dia membiayai sekolah soekarno,
membiayai rapat-rapat bersama teman sepergerakannya, merelakan rumahnya untuk
menciptakan kemerdekaan.
Duda dari Otari
Tjokroaminoto inilah yang menambatkan cinta di hati inggit, jana sanusi yang
terpikat pula oleh sinyal-sinyal cinta yang di tebar soekarno di jalan
tjiateul, bandung. Dari sinilah membawa inggit ke babak pengorbanan yang luar biasa.
Tepatnya pada putaran
tanggal 29 Desember 1029 Soekarno dan teman-temannya di jebloskan dalam penjara
atas tuduhan dari pemerintah belanda atas isu Soekarno yang membawa panji
kemerdekaan. Soekarno yang tak pernah merasakan dinginnya tembok penjara dan
jauh dari belaian kasih sayang seorang inggit membuatnya menjadi rapuh dan
kehilangan semangat. Namun inggit dengan telaten datang mengunjunginya tiap
minggu. Membawakan makanan kesukaanya yang didalamnya di selipkan uang. Uang
itu untuk membujuk penjaga agar dapat membelikan Koran dan agar membolehkannya membaca buku-buku di perpustakaan. Dari
kecerdikan ide inggitlah, Soekarno dapat menggunakan buku-buku yang ada di
perpustakaan penjara dan kemudian menyalinnya dalam sebuah tulisan melegenda
yang dia sampaikan di pengadilan 1930 “Indonesia menggugat”.
Ketika itu Soekarno
sangat membutuhkan buku-buku dari Mr. Sartono. Dan untuk menyelundupkan buku
tersebut ke penjara, inggit harus berpuasa selama tiga hari agar buku yang di
taruh diperutnya di balik kain kebanyanya tidak mencurigkan. Untuk menjenguk
Soekarno pun tidak mudah, harus menempuh jarak 20 Km dengan berjalan kaki dari
rumah inggit sampai penjara sukamiskin.
1 Agustus 1933, tepat 2
tahun setelah Soekarno di bebaskan dari sukamiskin, dia kembali di tangkap
dengan tuduhan subversif kepada pemerintah yang kemudian di asingkan ke pulau
ende. Inggit yang tidak tega jauh dari Soekarno pun akhirnya ikut mendampingi
masa-masa kelam di pulau itu. Di sana kembali inggit berjuang untuk menghidupi
keluarga dari berjualan baju dan bercocok tanam.
Tak lama di ende soekarno dan keluarga kembali
di asingkan ke Bengkulu akibat malaria yang dideritanya. Di Anggut Ataslah
Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis riang yang di kepang dua, manis rupawan.gadis
teman bermain dan teman sekolah anaknya, omi. Mata Soekarno tak mampu
berbohong, ada sinar yang menyala ketika tatapnya terarah pada sosok Fatma.
Dari tatapan itulah yang membuat Soekarno berubah sikap terhadap Inggit dan
anak-anaknya omi dan kartika. Inggit pun mulai gelisah dengan kehadiran
Fatmawati di tengah keluarganya. Seakan ada bara yang di percikan di hatinya.
Malam yang kelam,Inggit
memberanikan diri untuk bertanya perihal hubungan suaminya dengan fatma. Inggit
menatap Soekarno dalam-dalam. Ada resah yang menyelimuti hatinya. Demikian pula
Soekarno yang terlihat tegang. Perlahan Soekarno membuka pembicaraan.
“enggit”
“iya, apa?”
“enggit aku ingin punya
anak” inggitpun diam dan mencoba menahan perasaan yang remuk redam. Tapi pelan
inggit berkata.
“kan sudah punya omi
dan kartika”
“aku ingin punya
keturunan”
Inggit tak mampu
berkata. Hanya air matanyalah yang dapat mewakili kegundahan dan hancurnya
perasaannya. Inggit sadar bahwa dirinya mandul. Suaminya menginginkan sesuatu
yang tidak mungkin ia berikan.
Soekarno tetap ingin
menikahi Fatmawati dengan alasan ingin punya keturunan dari darah dagingnya
sendiri. Meski inggit dengan tegas mengatakan tidak ingin di madu. Perempuan mana yang ingin berbagi ruang dengan
perempuan lain, akhirnya inggit memutuskan kembali ke bandung dan mengikhlaskan
‘ngkus’nya berada di pelukan perempuan yang sebenarnya sudah di anggap anaknya
sendiri. Waktu berselang, Soekarno melenggang bergandeng Fatmawati menuju
gedung istana sebagai presiden Republik Indonesia yang pertama.
Inggit yang mencinta
karena cinta, tanpa pamrih tanpa motivasi. Demikianlah cinta inggit pada
Soekarno. Cinta yang semata-mata karna cinta,tidak luka ketika di lukai dan
tidak sakit ketika di sakiti tanpa pamri dan tampa motivasi.
Sama halnya madu,
pahitnya maja pun adalah bagian darinya, adalah cinta pada hakikatnya.
0 komentar:
Posting Komentar