Rabu, 17 Oktober 2012
Rabu, 03 Oktober 2012
Puisi Buruk
12:23:00 PM
nasruddin
No comments
Catatan Sang Pendosa
Dalam renungan
penuh dosa
yang telah mampu
mendamaikan pikiran
aku menulis apa
yang melintas dalam benak
mungkin tiada
coretan yang seburuk ini
namun ternyata coretan
penguasa
yang mengkarat
dalam dinding penalaran
lebih memerahkan mata
dari bawang merah
irisan perawan
Sejalan dengan perlintasan angin dini
kutemukan sekat-sekat dalam ruang-ruang hampa
disana ada sang penyesal dosa
syukur tuhan, ternyata Engkau masih berikan
sesal
dalam jiwa pembangkang ini
bangsa ini sudah tiada rasa menyesal
telah menyiakan gunungan emas, barelan minyak
tumpukan rempah, bahkan anak-anak yang
tersenyum manis
Berjalan dalam pekat langit muram
karena melihat dia yang tersolek lemas
setelah belaian dosa menggeliati tubuhnya
mengejutkanku catatan hak-hak saudaraku yang telah kurampas
mereka memaksaku membayarnya
rasa gelisah menyelimuti alam keputusasaan
Sejarah adalah rampasanmu
yang kau simpan dalam gudang
dengan kunci sebuah penindasan
agar tahta tak menjadi kursi goyang
saat rakyatmu meradang dalam kelaparan akan kebenaran
Seraya meliarkan nalar
jumpa dengan bayang-bayang masa kecil
yang begitu suci tanpa dosa
secerca cahaya harap bersinar
memohon adanya kelahiran kembali jiwa
mungkin sang ibu memilih membunuh oroknya
jika matanya mampu menerawang masa depan
atau bahkan sang orok menolak untuk
dilahirkan
mungkin mereka tak sudi merebut kemerdekaan
jika kemerdekaan hanya memerdekaan kehancuran
walau lebih halus belainya
kehancuran tetaplah kehancuran
Posted in: tulisan
KREATIFITAS MAHASISWA DI TENGAH INDUSTRIALISASI PENDIDIKAN
11:55:00 AM
nasruddin
No comments
Jika
ingin hancurkan sebuah bangsa,
maka
jauhkan pemudanya dari membaca...
peradaban bangsa hanya lahir dari pendidikan
Pendidikan
adalah sebuah usaha untuk memanusiakan manusia seutuhnya, menumbuhkan kesadaran
bahwa dirinya adalah individu yang bertuhan, bersosial dan mempunyai peran dan
fungsi serta tanggung jawab yang berbeda-beda di lingkungan hidupnya.
Memunculkan dan mengembangkan bakat-bakat yang masih terpendam dalam setiap
pribadi, karena setiap pribadi itu berbeda, tak satupun Allah ciptakan
mahlukNya sama.
Namun dalam
realitasnya, pendidikan justru sudah berpaling dari orientasi awal. Adanya
penyeragaman kompetensi peserta didik, layaknya ikan yang masuk ke pabrik
sarden yang tanpa berdaya, jadilah dia
kalengan sarden, yang semuanya sama kualitasnya. Begitulah kiranya mahasiswa
masuk ke pabrik sarjana (perguruan tinggi) untuk dijadikan kalengan sarjana
yang seragam dan sama kualitasnya. Dampak dari industrialisasi pendidikan itu
adalah matinya potensi peserta didik sebagai manusia yang pasti punya kelebihan
dibalik kekurangan dibarengi dengan gagalnya lembaga pendidikan membangun
generasi bermoral, ditandai degradasi moralitas bangsa pada saat ini. Sehingga
kemajuan bangsa dan negara ini masih jadi mimpi disiang bolong.
Predikat
berprestasi diberikan bagi mereka yang patuh pada sistem pabrikan ini , bukan
kepada yang kreatif dan bermoral serta mempunyai kesadaran tinggi dan kritis,
telah menjadi momok yang sangat menakutkan untuk tidak tunduk padanya, atau
bahkan menggiurkan dengan gambaran tawaran masa depan yang semuanya halusinasi.
Mahasiswa yang dalam hal ini adalah sebagai korban dari berjalannya sistem
tersebut, harus mempunyai jalan keluar. Memang benar melawan sistem itu berat
dan butuh waktu lama, bahkan mungkin akan hidup tidak wajar karena keluar dari
kebiasaan umum, dan benar pula bahwa tidak semua dampak yang dihasilkan sistem
tersebut itu buruk, namun banyaknya lubang yang harus ditutupi untuk menambal
kelemahan sistem tersebut adalah keharusan.
Aktifis pemerhati
tani mengadvokasi dengan mengorganisir para petani dan terbentuklah persatuan
tani yang memproteksi dirinya dari kegagalan panen ataupun tengkulak saat
pemasaran. Namun apakah sama cara mengadvokasi mahasiswa yang duduk
diperkuliahan dengan petani, agar mahasiswa mampu memproteksi dari bahaya
pembunuhan karakter atas sistem yang berlaku di perguruan tinggi, tentu sangat
berbeda. Mahasiswa adalah kaum ilmiah, penegak pengetahuan, maka yang
dibutuhkan hanyalah ruang, forum, komunitas ataupun organisasi untuk
aktualisasi diri, saling menambah pengetahuan, mengasah potensi, meningkatkan
kompetensi, menambal kekurangan-kekurangan yang ada dalam ruang perkuliahan dan
sebagainya. Sehingga proses yang akan berjalan adalah mahasiswa bersama
mahasiswa mempunyai kesadaran untuk memproteksi ancaman pembunuhan karakter
dengan bergerak bersama. Terciptanya suasana kampus yang kritis-dialektis dan
terakomodirnya kreatifitas dan aspirasi mahasiswa akan sangat membantu
mahasiswa lulus diwaktu yang tepat karena
matang dalam belajar di berbagai bidang, bukan sekedar tepat waktu dengan menyelesaikan kewajiban, yang padahal jika
kewajiban itu dijalankan saja, dampak yang akan dihasilkan masih halusinasi.
Menyiapkan diri sendiri dengan seluruh pengetahuan, kreatifitas dan keahlian
adalah keharusan dalam era globalisasi ini, maka paculah diri kita dengan
berdialektika dalam ruang-ruang diskusi mahasiswa.
Salam
Anti Industrialisasi Pendidikan...!!!
Posted in: tulisan