iklan

iklan murah

Kamis, 07 Juni 2012

Keresahan 1 April 2012


Terkadang keresahan-keresahan dalam hati menyalakan api perjuangan, berkobar dan tak pernah padam. Tak pernah berhenti sebelum mati. Namun terkadang hanya menjadi kebisuan-kebisuan yang membentur di relung jiwa. Tak pernah terjadi lalu pergi. Cahaya matahari siang itu menyibak dari sela-sela awan yang menggumpal seperti gumpalan-gumpalan salju. Cahaya menjadi kerlingan yang menyilaukan di jalanan meski terlihat lengang ketika terdengar teriakan-teriakan yang merobek dirgantara. Angin kering menerpa derasnya cucuran peluh, membawa suara ribuan tapak kaki yang memecah kesunyian. Kibaran bendera Merah Putih menjadi warna di bawah kaki langit dengan awan yang menggumpal di awal bulan April 2012. Sang Saka Dwiwarna adalah simbol perlawanan rakyat. Dan aku adalah bagian dari rakyat yang melawan, melawan binatang dengan mulut penuh air liur di setiap taring-taringnya.

Di akhir bulan Maret 2012, rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak seperti kobaran api di ujung persumbuan meriam perang. Menyulut api-api kecil mendekat kepada kumpulan mesiu yang menunggu-nunggu, lalu BOM ! Ledakan amarah rakyat takkan bisa ditahan-tahan bahkan oleh badai lautan sekalipun. Sedang berbagai media cetak maupun elektronik berlomba-lomba menarik pelatuk mitraliur. Menembaki pemerintah dengan longsongan peluru-peluru tajam. Namun sayang, ribuan peluru tak kuasa menembus perisai super kokoh di tangan mereka bernama tampuk kekuasaan.

Tepat pukul 21.00 di suatu malam yang bergemuruh, sang juru kemudi berpidato di atas podium kenegaraan. Sedang ledakan amarah masih berdentuman di wilayah administratif negara. Satu pertanyaan yang terlintas dalam benakku, kenapa sang juru kemudi menyibukkan diri untuk mencari berbagai pembenaran atas tindak tanduknya ? Aku benar-benar tak mengerti. Sang juru kemudi membiarkan layar yang berlubang tetap terkembang, berdiam diri selagi para penumpang mulai gaduh karena air lautan mulai membanjiri pijakan kaki mereka. Sebagian awak kapal berteriak ketakutan, mencoba mengingatkan sang juru kemudi bahwa badai akan datang dan kapal tidak bersiap melawan. Sang juru kemudi masih diam, seolah membiarkan badai menghempas kapal dan seluruh isinya hingga menjadi onggokan puing-puing yang terapung tak berguna di lautan. Akan tetapi, penumpang mulai bangkit dari kegaduhan, mereka berusaha menghalau air lautan yang merendam pijakan kaki. Dan awak kapal mulai bertindak dari jerit ketakutan, mereka merekatkan kain di lubang-lubang layar. Hingga kapal berwarna merah putih dan bergambarkan Garuda siap melawan sang badai.

Apa yang akan terjadi esok hari takkan pernah aku ketahui. Hanya satu yang pasti, kita takkan mendapatkan apa-apa kecuali untuk bekal kita di akhirat kelak.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators