iklan

iklan murah

Kamis, 07 Juni 2012

Maraknya Budaya Hedonisme di Dunia Kaum Intelektual


Tak di pungkiri saat ini keinginan untuk bermewah-mewahan dan bersenang-senang semata atau berfoya-foya menjadi tujuan manusia. Budaya hedonisme berasal dari kaum borjuis Eropa, dan menjalar secara spektakuler di Amerika Serikat (AS). Hingga akhirnya anak Ibu Pertiwi juga terkena virus ini.

Ironisnya mahasiswa pun ikut terserang budaya hedonism yang pada hakekatnya mahasiswa merupakan aset Negara yang menjadi harapan sebagai generasi penerus dan bisa melakukn perubahan di kemudian hari. Namun pada kenyataannya saat ini mahasiswa tak berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka tidak bisa memfilter, memilah dan memilih mana yang lebih banyak menimbulkan kemaslahahan. Jalan ke mall dan nongkrong lebih di pilih oleh mereka daripada membaca buku, melakukan riset atau membuka ruang dialektika.

Tidak hanya mahasiwa biasa saja yang terjangkit budaya hedonism namun mahasiswa pergerakan yang notabenenya adalah aktivis kampus juga secara tidak di sadari terkena pula. Ketua komisariat PMII UIN Sunan Kalijaga Muhammad Ghufron berasumsi bahwa realitas saat ini mahasiswa melihat suatu permasalahan hanya secara substansial sehingga tidak dapat menyelesaikan persoalan baru. Hal ini terjadi karena mahasiswa berfikir tetapi melupakan dinamika social sehingga cenderung instan dan mahasiswa seperti ini sering di sebut ‘mahasiswa hedonisme’. ”Di era akses yang “ngapain aja boleh” sebagai mahasiswa pergerakan seharusnya kita jangan hanya mengembangkan diri kita di satu titik saja seperti demo, namun juga berperan aktif dalam berbagai bidang sesuai tuntutan zaman misalanya berkecimpung di seni music, tulis menulis dan sebagainya sesuai minat dan bakat yang di milki.” Paparnya.

“Budaya hedonisme dapat di faktori oleh situasi lingkungan yang mana sangat berpengaruh terhadap prilaku masyarakat. Popular culture dan lingkungan social juga merupakan factor budaya hedonisme.” Ujar Abdul Kholid sebagai Presiden Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Abdul Rozaki salah satu dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga memaparkan masyarakat sangat suka dengan hal yang instan sehingga mengarahkan mereka pada hedonisme. Dalam hal ini system kapitalisme menjadi akar budaya hedonism. Media elektronik dan media massa pun menjadi elemen pendukung budaya tersebut.
 “Kalau dulu mayoritas mahasiswa dalam kesehariannya memakai konsep filsuf Yunani kuno “saya berfikir, maka saya ada”. Berbeda dengan yang terjadi saat ini, mahasiswa seakan memakai konsep “I shop therefor I am”, sehingga dengan berbelanja, menghabiskan waktu untuk shopping mereka akan di anggap keberadaannya.” Ujarnya semangat.

“Sebagai kaum intelektual, mahasiswa seharusnya mampu berproduksi jadi tidak hanya berpredikat sebagai konsumen, akan tetapi dapat menciptakan karya-karya ataupun ide-ide cemerlang sehingga mahasiswa dapat pula menjadi produsen, selain itu mahasiswa juga harus berfikir kritis terhadap realitas social yang terjadi dan menambah pengetahuannya dengan banyak membaca serta belajar dari  tokoh-tokoh kehidupan misalnya Mahatma Gandhi yang menanamkan sifat kesederhanaan bagi manusia dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya yang juga bisa dicontoh seperti Moh.Hatta dan teman-teman seperjuangannya.” Tandas beliau mengakhiri.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators